[RP] Ordinary Days in Siegfierd's Coffee Shop

Ciel yang tadi mau kabur sekarang malah tertahan di sini.. Kembali dia berpikir, bodoh.. Alasan dia kabur jadi aneh kan. Katanya dia sibuk ehh sekarang malah asyik-asyik minum kopi. Tapi untunglah Raven tidak bertanya lagi soal itu.

"Ya?" Ciel membalas omongan Elean. Dia bingung mau ngomong apa lagi.

"apakah kita pernah bertemu ?", mata Elean disipitkan, dia hanya menunggu jawaban yang pasti dari Ciel.

hatinya mengganjal jika melihat wajah ciel.
Elean mulai duduk kembali di tempat duduk yang dekat dengan ciel.

Ahh, sepertinya sih iya tapi aku lupa..

Ciel tahu apa yang harus ia jawab dan ia teringat pertemuannya dengan Dark, Elean, dan Raven.

"Ohh ya! Kau yang waktu itu kutemui di markas kan? Bersama dengan Dark juga Raven! Memoriku sangat payah.. Baru mengingat sekarang" Ciel tiba-tiba ngomong disertai tawa.

Ciel merasa mempermalukan dirinya sendiri setelah mengucapkannya, memorinya memang menyebalkan..

Quote :

"Ohh ya! Kau yang waktu itu
kutemui di markas kan? Bersama dengan Dark juga Raven! Memoriku sangat
payah.. Baru mengingat sekarang"

mendengar itu Elean hanya diam, dan tanpa ekspresi.
dan 2 menit kemudian...loading complete.

"ah!, benarkan sudah kukatakan kita pernah bertemu..", ramah Elean berbicara.

sifat telat mikirnya muncul tiba-tiba karna dia Bengong.
"jadi kau benar-benar ciel ? apa kabar ?", tanya Elean

"Tentu saja aku Ciel, haha. Kabar baik.." Ciel jadi bingung. Tadi dia bilang dia tidak mengenal Raven. Ciel bodoh...

"Maafkan aku, Raven-san.. Aku memiliki kesulitan mengingat wajah dan nama orang. Hahaha.. Mungkin kita tidak bertemu saat perang tetapi di markas" Ciel meminta maaf kepada Raven. Ketiga orang itu sepertinya bingung dengan perubahan sikap Ciel yang drastis.

Quote :

"Maafkan aku, Raven-san.. Aku memiliki kesulitan mengingat wajah dan nama orang. Hahaha.. Mungkin kita tidak bertemu saat perang tetapi di markas"

"Ah, tak apa. Aku juga kadang sering begitu."katanya singkat.

Raven terlalu asyik berbincang-bincang, sehingga sepertinya dia melupakan kopi-pockynya yang sudah dingin sekarang.

Rasanya sudah berjam-jam aku menghabiskan waktu di sini. Waktu terasa berjalan cepat sekali

Dia melirik jamnya lagi. Dan perutnya juga terasa lapar. Karena dari tadi Raven baru saja minum kopi dan makan pocky.

Selagi menunggu pesanan kopinya. Ciel merasa ingin ke toilet dan bangun dari kursinya. Secara tak sengaja ia menumpahkan kopi milik Elean ke Elean.

"Ahh!" Ciel mulai panik.

Elean yang dari tadi hanya diam, tiba-tiba...

coffe yang dipegang Elean tumpah kebadannya, setengah dari bajunya terkena kopi yang tumpah, saat dia melihat siapa yang menumpahkannya.

Elean mulai memegang bajunya yang basah, dia kebingungan kenapa ini bisa terjadi. ia hanya tidak berbicara dan mulai mengibaskan tangannya ke arah baju yang basah.

Raven ikut-ikutan panik melihat detik-detik tumpahnya kopi ke baju Elean itu.

Yang lebih parahnya lagi kopi yang Elean pegang masih cukup banyak, sehingga kedai itu sekarang menjadi kotor akibat tumpahan kopi itu. Seketika wajah Raven langsung pucat.

Raven segera membuka syal yang dia pakai, dan mengelap tumpahan kopi itu. Paling tidak sudah tidak separah tadi, pikirnya.

Semuanya tidak berkata-kata. Lagi-lagi membuat kekacauan.

Ciel hanya berdiri mematung melihat semua kejadian itu. Dia terlalu panik untuk berbuat sesuatu. Ciel hanya menatap Raven yang sedang mengelap kopi yang tumpah dengan syalnya.

"Ahh, ahh, ada yang bisa kubantu?" Ciel sudah jadi seperti orang kehilangan arah. Ciel bodoh~

tangan Elean mulai bergerak cepat untuk mengibas-ngibaskan kearah bajunya yang basah.
wajahnya mulai gugup dan merah serta tangannya yang dingin.
dia tidak sanggup berkata apa-apa.

"anoo...toilet !", Elean hanya berlari cepat kearah toilet coffe.

bisa-bisanya ia langsung tahu bahwa ditempat itu ada toiletnya. Elean hanya menunduk sambil berlari ke arah toilet.

Ciel sekarang benar-benar bengong.

Elean menjadi korban tumpahan kopi, syal Raven menjadi korban untuk mengelap. Ciel merasa dirinya sang tersangka..

"Ahh... Aku mohon maaf sebesar-besarnya.." Ciel menunduk dalam-dalam.

Quote :

"Ahh, ahh, ada yang bisa kubantu?"

"A..ambilkan tissue," jawab Raven gugup juga. Ini situasi yang benar-benar gawat, apa yang terjadi jika Sheera melihat kejadian ini? Raven bahkan tak bisa membayangkannya.

Raven masih mengelap tumpahan kopi, sekarang syalnya benar-benar kotor. Dan tumpahannya masih bergelinangan di lantai. Masih cukup banyak.

Sial sekali diriku

Perlahan-lahan nona kecil ini kemudian masuk ke dalamnya, memperhatikan isinya dan... oh ya, itu dia, "Nai~! Raveeen!!" teriaknya lantang, melambai-lambaikan tangan pada pemuda berambut pirang-kucir yang tadi memasukan sebatang pocky ke dalam minumannya.

Tanpa ba... bi... bu lagi nona berambut abu ini menghampiri tuan tersebut. Oh... ia tidak kenal siapa-siapa lagi di sini, jadi beruntunglah orang yang harus selalu dijadikan 'induk' olehnya.

"Nai... tadi Qwerty mencari-cari ternyata ada di sini rupanya~" ia memanggil dirinya dengan nama Qwerty dan mengambil kursi di sebelah Raven. Sejujurnya tidak tahu itu tempat apa.

Lokasi : Toilet Siegfierd's coffe shop
_____________

Elean dengan cepat mencuci tangannya yang lengket karna tumpahan coffenya, dia membilas bajunya yang basah dengan air keran.

"engh, dingin..", gumam Elean.

ia juga membilas wajahnya yang sepertinya kelihatan gugup. dengan cepat ia mengambil tisue yang banyak dan mengelapnya kearea basah dibajunya. serta wajahnya yang basah. dan menghembuskan nafas dengan berat.

tisue itu ia buang dan tepat masuk ke tempat sampah.
tiba-tiba angin lewat dari jendela toilet.
"ahh..", ucap Elean menutup matanya, matanya kelilip debu yang masuk.

kini matanya berair. Elean hanya menutup matanya dan keluar dari toilet dengan wajah kusut.

Raven kaget sekali, tiba-tiba Qwerty muncul di depannya. Situasinya benar-benar tidak tepat, dia masih panik dengan tumpahan kopinya.

"Ah, Qwerty! Kau bawa tissue?" itulah kata-kata sambutan yang pertama kali Raven katakan pada Qwerty. Bukannya menyapa atau menanyakan kabar, laki-laki itu malah menanyakan tissue.

Ciel mengambilkan tissue dan memberikannya kepada Raven. Dia juga ikut membantu mengelap.

Tiba-tiba seorang cewek berambut abu-abu datang menghampiri.

Ahh, lagi-lagi Britannia army


Ciel melihat Elean yang keluar dengan mata berair. "AHH!! Elean-san, maafkan aku!" Ciel udah grogi... "Kumohon jangan menangis, aku akan ehmm.. menuruti keinginanmu.."

Quote :

"Kumohon jangan menangis, aku akan ehmm.. menuruti keinginanmu.."

Elean terkejut melihat Ciel yang langsung berkata seperti itu. dia hanya terdiam dan berwajah kikuk.

"aah...tidak apa-apa, itu kan tidak sengaja...sekarang keadaanku baik-baik saja kok, hanya baju yang kupakai kurasa menjadi dingin karna tumpahan air", Elean tersenyum dan tertawa kecil, Ia tidak mau menunjukan kalau dia sekarng kesulitan, dia hanya menginginkan bahwa orang yang melihatnya baik-baik saja.

lalu ia melihat wanita Elite Army yang sepertinya ia kenal baru datang.

Di luar dugaan... di sana banyak orang!

Qwerty ingin kabur, tapi ia sudah terlanjur datang sambil berteriak-teriak, berbicara panjang lebar... "Aaah..." mematung.

Mungkin sebaiknya ia bersembunyi saja toh belum ada yang sadar dengan kedatangannya. Padahal judulnya coffe shop, kok rasanya jadi seperti taman kanak-kanak, banyak tumpahan ini-itu ... juga berantakan.

Syukurlah dia tidak marah..

Ciel mulai lega. Dia pikir bakal terjadi suatu masalah yang rumit. Ciel melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Elean

"Pakailah, dingin kan?" Ciel jadi sok keren.

Sekarang Ciel hanya menunggu diomelin pemilik coffee shop.

Qwerty kelihatannya mengacuhkan Raven. Dia terlihat bingung juga. Raven tau itu, dia tidak terbiasa dengan tempat ramai. Ini semua membuatnya makin pusing. Dan sepertinya sia-sia membersihkan tumpahan kopi itu dengan syalnya. Sama sekali tidak berubah menjadi bersih.

Sheera-sama akan membunuhku

Raven memandangi syalnya yang sudah benar-benar lusuh. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya lagi dengan berat.

Syal Kesayanganku gerutunya.

Tetapi Raven berusaha tersenyum, mungkin akan merubah suasana di sana. Tapi senyumnya terlihat cukup di paksakan.

wajah Elean sekarang -------> oAo
wajah kikuk ke 2nya, ia menggeleng-geleng kepalanya dan menolak jaket yang diberikan Ciel.

"tidak, tidak apa-apa kok...nanti juga kering", Elean yang berusaha untuk tidak dikhawatirkan.

Elean kembali ke meja dan melihat raven yang sudah kalung kabut gugupnya, ia juga baru sadar bahwa Raven sedang melap-lap tumpahan coffe yang jatuh.

Elean juga melirik sheera, apakah dia melihat kejadian tadi ?

Elean mengambil tisue yang disediakan dibar caffe, dia membantu melap sisa tumpahan coffe, mencoba melirik yuto. dan bertampang kikuk kembali.

Baru setelah loading lama... akhirnya, "Ah, Qwerty! Kau bawa tissue?"

"Hah?!" Qwerty menoleh cepat pada Raven setelah kebingungan dengan situasi di sana.

Tunggu, biarkan anak ini berpikir sebentar... "Ng... tisu?" otaknya bekerja sangat lamban untuk hal-hal manusiawi. Padahal sebenarnya ia masih manusia.

"Oh, tisu! Sebentar!" ia merogoh saku celananya kemudian menemukan satu pak tisu kecil di sana. "Ah, ini dia!" cepat-cepat memberikan tisu itu pada Raven dan ... sepertinya agak terlambat ya karena noda bekas kopinya sudah mengering.

"Aaaah! Bagaimana ini?!" nona ini segera menarik syal lusuh Raven dan mencoba membersihkannya. "Oh mungkin harus pakai air?" tanpa pandang bulu... ia mengambil segelas air mineral dari meja orang lain dan membasahi syal itu dengan airnya.

... loh kok semakin kacau ya --a

berisik

keributan yang terjadi terus menerus, membuat Sheera sedikit kesal. Meskipun Sheera tidak memperhatikan apa yang terjadi sampai terjadi ribut-ribut, dia lebih suka kalau tempat ini diam. Sheera mengambil sehelai tissue dan menulisnya.

*jleb*

dengan sukses, pisaunya tertancap di tembok melewati Raven. Sebuah pesan di tissue tertancap bersama pisau itu.

Quote :

JANGAN BERISIK!

P.S: buat elite army, kapan kalian mau kerja hah?!

dan Sheera kembali sibuk dengan arsipnya.

"AH!" Raven berteriak kaget melihat Syalnya yang sekarang tambah hancur dan basah. Tapi nasi telah menjadi bubur, sudah tidak ada yang bisa di lakukan lagi dengan syalnya itu.

Lalu dengan cepat ada sesuatu yang melewati Raven, hampir saja mengenai kepalanya. Ada sebuah tissue di sana, dan tulisannya..

Sesuai dugaanku, Sheera-sama telah mencapai puncak kemarahannya

Raven gemetaran, kondisinya benar-benar buruk. Sekarang dia Shock mendadak dan langsung duduk diam dengan tenang.