Ordinary days @ military HQ

LOkasi: Lift, menuju Elite Army's Office

dengan langkah cepat Sheera kembali ke office itu. mencari Qwerty. GPS qwerty masih ada di tangannya, untuk itu dia ingin menyerahkannya pada Qwerty dulu sebelum menuju ruangan para jendral.

"Qwer....ah..disini kau rupanya..maaf tadi aku buru-buru pergi..dan ini GPS-mu.." katanya sambil menyerahkan GPS malang itu pada pemiliknya. lalu dia merogoh sakunya, dan melepas lencana tanda kerajaanya.

"dan...nanti kamu hubungi Illya, adikku di Laboratorium lantai 4..tunjukkan ini padanya dan minta tolong padanya untuk membetulkan GPSmu atas perintahku." katanya lagi.

"aku akan keluar dari ruangan jendral sebelum jam makan siang. kalau ada apa-apa, cari saja nanti di ruanganku...maksudku..calon ruanganku." katanya sambil meninggalkan mereka dan menaiki lift, menuju lantai 12, dimana ruang rapat berada.

pluk ...

GPS itu kini ada di tangannya kembali... hng, agak bingung juga sih apalagi dengan omongan Sheera yang super cepat, yang tentu tidak bisa dicerna dengan baik oleh Qwerty.

"Ah yaa... ke laboratorium di lantai 4," ia mengulangnya setelah menyimpulkan apa gagasan utama dari perkataan panjang Sheera barusan.

Qwerty lalu menaruh GPS itu di atas mejanya dan melirik Raven, haruskah ia minta antar rekannya itu ke laboratorium? Sejujurnya Qwerty hanya bisa bergantung pada satu orang saat itu.

Laboratorium?

TIDAK! AKU TIDAK INGIN KESANA! jerit Raven di dalam hatinya.

Quote :

"Ah yaa... ke laboratorium di lantai 4,"

Tidak, Qwerty..Kumohon kau tidak mengusulkan untuk ke neraka itu..

=============================

loading..ahh..malas baca..*di timpuk*

"Ng... apa kita sebaiknya ke laboratorium?" ... nampaknya harapan Raven tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Buktinya Qwerty masih berharap agar Raven membawanya atau lebih tepatnya mengantarnya ke tempat itu.

"Bagaimana bagaimana?" tanyanya lagi tanpa tahu apapun tentang trauma rekannya itu. Dan lagi-lagi seperti biasanya Qwerty memasang tampang polosnya.

Lokasi: Knightmare Hangar

"Mmm...mmm...mmm" Cross, sembari memeriksa bagian dalam Weathervane, berdendang salah satu lagu favoritnya, Centaur. Ia kini menyalakan mesin untuk memeriksa piranti lunak yang ada didalam Weathervane.

"Mmm... oke... oke... mmm...... mmm?" Cross melihat-lihat dan berhenti pada Horizon, program komputer anti serangan jarak dekat.

"Ah, sudah harus di update lagi... berarti... ke laboratorium dulu... pasti data yang terbaru sudah ada disana. Cross segera mematikan Weathervane dan bergegas menuju Laboratorium.

Quote :

"Bagaimana bagaimana?"

Sekarang tenangkan dirimu dulu, Raven...Coba lihat Qwerty..Kelihatannya dia senang sekali.

Raven menarik nafas. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mendengar kata laboratorium itu saja sudah membuatnya seperti ini. Bagaimana nanti ketika sudah di laboratorium?

"O..ok, k..kita ke sana.."

Suatu jawaban yang tak terduga dari seorang Raven. Dia tidak tega menghancurkan kebahagiaan dan harapan Qwerty.

OK... itu kata Raven dan "Okeee kita ke sana..." ucap Qwerty agak riang setelah mengambil GPS-nya kembali dan menarik Raven keluar dari ruangan itu.

Oh sebentar, ia kelupaan sesuatu. Qwerty kemudian kembali ke dalam ruangan, "Eleaan... kami ke laboratorium dulu ya~" ucapnya pada Elean kemudian kembali menarik Raven menuju Lab.

...

Sebelum itu... "Jalannya ke mana ya?"

Raven...Bodoh sekali dirimu! Kau hanya akan mempermalukan dirimu lagi jika menerima ajakannya! Ahh! Raven berteriak-teriak kesal dalam hatinya, tetapi di luar dia tetap mencoba tersenyum untuk menghilangkan kepanikannya.

Quote :

"Jalannya ke mana ya?"

"Mungkin ke sana," ucap Raven gemetaran. Tetapi masih di sekitar pintu kantor elite army.

Raven tidak bisa berkata-kata. Hanya memikirkannya saja membuatnya panik. Dan apa sekarang? Menjadi penunjuk jalan ke neraka itu?

Raven menunjukkan arahnya, oh oke... mereka lalu jalan ke arah sana sampai Qwerty teringat sesuatu. "Bukannya laboratorium itu ada di lantai 4? Berarti kita harus naik lift ke sana, ya kan?" tanyanya sebelum mereka beranjak lebih jauh.

"Kalau begitu jalannya ke sini kan~" Qwerty mengambil tindakan sendiri dengan menyeret Raven menuju lift.

Masuk dan menekan tombol untuk lantai 4 ... tidak ada jalan untuk kabur.

"Ah!"

Raven tak bisa berkutik lagi. Dia di seret begitu saja oleh Qwerty.

Di dalam Lift dia mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, lebih tepatnya sedang berdoa.

Ting! Bunyi lift menandakan mereka sudah sampai di lantai 4 tersebut.

Lokasi : Depan Laboratorium

Raven mencium bau bau laboratorium. Bau yang sangat menyiksa baginya. Raven segera menutup hidungnya, masih mencoba untuk menuju ke laboratorium.

Lokasi: Laboratorium

Cross sudah sampai di laboratorium dan sekarang sedang mengambil data-data update untuk Horizon, yang hanya ada satu saja.

"Kurasa ini saja..."

Dia sekilas melihat ke pintu depan Laboratorium, sepertinya berdiri beberapa orang disana, entah berapa, ia tidak dapat melihat.

"Hmm?"

Lokasi : Depan Laboratorium

"Ah sampai," ucap Qwerty cepat, lagi-lagi ia menggeret Raven untuk jalan mendekati ruangan itu. Walau rasanya pernah berhubungan dengan tempat sejenis di pusat, namun karena emosi dan ingatannya dihilangkan, Qwerty jadi tidak memiliki trauma dengan tempat ini.

Namun langkahnya segera terhenti begitu melihat Raven yang menutup hidungnya. Ah... ia pernah lihat sih ada orang yang memakai masker kalau masuk ke laboratorium. "Kenapa menutup hidung? Memangnya kita harus menutup hidung ya?" tanyanya lagi dengan polos.

Quote :

"Kenapa menutup hidung? Memangnya kita harus menutup hidung ya?"

Raven hanya menggeleng. Kali ini dia tidak sanggup menjelaskan pada Qwerty.

Dia melihat ada Cross juga di sana.

Aduh! Ada Cross-san juga di sini..Bagaimana ini..

Baru sampai pintu depan laboratorium Raven sudah seperti orang yang sekarat. Dia menunggu orang yang datang lagi. Siapa tau ada yang mencegahnya masuk laboratorium.

Cross berjalan ke pintu laboratorium, dan melihat Raven juga Qwerty didepan.

"Hei, kalian, kalau mau masuk, cepat masuk, jangan menghalangi jalan orang." hardiknya pada mereka berdua.

Dia sendiri masih ada urusan didalam laboratorium ini.

... Langkah mereka terhenti rupanya, "Tidak mau masuk?" tanya Qwerty pada Raven yang nampaknya menyengajakan diri untuk berlama-lama di luar ruangan.

Gadis ini lantas bertanya-tanya pada dirinya, apa yang salah jika merkea masuk atau tidak. Membingungkan? Pastinya... Atau ia akan menyimpulkan bahwa laboratorium adalah tempat yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang?

"Kenapa tidak masuk?" tanya Qwerty sekali lagi.

Quote :

"Kenapa tidak masuk?"

Lagi-lagi Qwerty bertanya. Raven menggeleng lagi. Benar-benar sulit untuk membuka mulutnya saat itu.

Quote :

"Hei, kalian, kalau mau masuk, cepat masuk, jangan menghalangi jalan orang."

Raven tau Cross akan berkata seperti itu.

Ok, Raven..Kau hanya tinggal berjalan ke sana saja..Sekarang lupakan semua masa lalumu, dan masuk ke sana! perintahnya kepada dirinya sendiri.

"Aku..akan masuk..." ucapnya lagi tak yakin dan mulai memasuki laboratorium pelan-pelan

... Akhirnya Raven memutuskan untuk masuk. Itu setidaknya membuka pikiran Qwerty dan tidak menghambat pengambilan keputusannya.

"Ayo masuk~" ucap Qwerty sambil kembali menarik Raven untuk memasuki tempat itu.

Dan oh... laboratorium yang cukup besar nampaknya, itu segera mengundang sejuta tanya di benak Qwerty. Apa yang mereka lakukan di tempat ini? ... "Waaah tempat ini yang namanya laboratorium ya?" ia bertanya-tanya sendiri, tidak memerhatikan lain selain tempat itu.

Quote :

"Ayo masuk~"

Raven mencoba tersenyum walau dia sendiri tak yakin senyumnya terlihat di paksakan atau tidak. Selangkah, dan sekarang dua langkah dia sudah ada di dalam laboratorium.

Lokasi : udah di dalem laboratorium

Qwerty terlihat sibuk memerhatikan laboratorium. Itu sebuah kesempatan bagus untuknya, paling tidak dia tidak akan terlalu gugup dan ditanya-tanya oleh Qwerty saat itu.

Bau ini..Aku.. Raven teringat masa lalunya. Orang-orang itu dan ayahnya sendiri.

... Qwerty berjalan ke sana... ke mari... melihat-lihat beragam pekerjaan di sana, menarik untuknya melihat beragam hal baru yang seharusnya sudah dilihatnya sebelum itu.

"Ah ya! GPS-nya..." ia kemudian teringat niat awalnya datang ke tempat itu... untuk membetulkan GPS-nya. "Tadi Qwerty disuruh mencari orang yang bernama... bernama... uhm, namanya siapa ya?" agak ragu dengan ingatannya kemudian Qwerty melirik Raven, lagi-lagi meminta bantuan.

Raven melihat tatapan Qwerty yang memintanya untuk membantunya dalam hal ingatannya

Ukh..Jangan sekarang, Qwerty..Kau tidak lihat kondisiku?

Quote :

"Tadi Qwerty disuruh mencari orang yang bernama... bernama... uhm, namanya siapa ya?"

"Oh..ahaha..itu Illya-sama," jawab Raven dengan tawaan yang di paksakan dan jawaban yang singkat.

Aku ingin ke sudut ruangan, menghindari semua ini.. Raven semakin tidak nyaman melihat alat-alat laboratorium tersebut.

... Setelah mendapat jawaban dari Raven, tanpa peduli --sebenarnya bukan tidak peduli tapi karena ia tidak bisa membaca emosi-- Qwerty segera berbicara kembali pada seorang petugas laboratorium di sana.

"Ah ya, Illya... tahu?" ia agaknya berbicang dengan petugas itu agak lama dan ini... itu... bertanya banyak hal seperti anak SD yang baru masuk sekolah.

Setelah sekitar 5 menit berbincang akhirnya Qwerty menemukan satu kenyataan, "Uhm... jadi Illya tidak ada di sini ya, apa Qwerty bisa menitipkan GPS ini untuk diperbaiki?" tanyanya lagi. Sepertinya masih belum ada harapan atas kesembuhan GPS-nya. Apa perlu ia mengantar benda itu ke markas pusat untuk bisa dibenarkan langsung oleh si pembuatnya.

...

Selesaikah? ... Qwerty kemudian kembali pada Raven dan mengadu, "Hh... Illya sepertinya sedang tidak ada di sini, jadi Qwerty menitipkan GPS-nya untuk diperbaiki oleh teknisi lainnya..." bicaranya panjang lebar. Namun sepertinya Raven tengah terhanyut dalam lamunannya.

... Sadar dengan keadaan itu, kemudian Qwerty mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Raven. "Raven... Raven... tidak apa-apa?" tanyanya kemudian.

Raven mendengar Qwerty sedang berbincang dengan petugas laboratorium di sana. Ah, akhirnya dia bisa sendiri juga. Raven mulai ke sudut laboratorium itu dan duduk di lantai.

Erh...Tidak ada yang boleh mengetahui tentang rahasiaku, sebaiknya aku lebih bersabar menghadapi cobaan ini

5 menit siksaan di neraka. Raven sampai menjeduk-jedukan kepalanya sendiri ke meja di dekat tempatnya sedang duduk. Dan akhirnya selesai juga perbincangan maut(?) itu.

Quote :

"Uhm... jadi Illya tidak ada di sini ya, apa Qwerty bisa menitipkan GPS ini untuk diperbaiki?"

WHAT THE..?! Jadi aku percuma susah payah kemari?

Raven mengangguk. "Ya, titipkan saja di sini."

Raven merasa angin keluar dari tangan Qwerty, itu membuatnya sedikit nyaman. Ternyata Qwerty sedang mengipas-ngipaskan tangannya sendiri pada Raven dia juga mengkhawatirkan Raven.

"Tidak, aku tidak apa-apa...Apa kau masih ada urusan lagi di sini, Qwerty? Jika tidak sebaiknya kita pergi saja..Oh ya, Cross-san ada keperluan apa kemari?" Raven melirik Cross.

Ditanya masih ada urusan lagi... rasanya tidak, Qwerty hanya menggelengkan kepala ringan, "Ung... tidak, katanya Qwerty bisa pergi. Kalau perbaikannya sudah selesai nanti Qwerty dipanggil kemari lagi.".

Ia kemudian mengangguk setuju untuk pergi dari tempat itu walau tidak ada ide apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Dan... barulah ia sadar bahwa ada Cross di tempat itu, "Cross mau membenarkan barang juga?" tanya Qwerty dengan polosnya.

Cross mengangguk

"Ya, aku memang mau membetulkan sesuatu, salah satu part Weathervane, dan ini salah satu yang paling penting, karena bagian dari Zenislev Booster. Aku tidak bisa memperbaikinya di tempat lain selain disini." jelas Cross pada Qwerty. Ia melihat Raven yang tampaknya agak aneh di tempat ini.

"Hm? Kau kenapa?" tanya Cross pada Raven dengan sorot mata kebapakan.

Quote :

"Ung... tidak, katanya Qwerty bisa pergi. Kalau perbaikannya sudah selesai nanti Qwerty dipanggil kemari lagi.".

"Hemm..Begitu.." Raven menangguk mengerti.

Quote :

"Hm? Kau kenapa?"

Erh, gawat...Ini akibat tindakanku yang terlalu ceroboh. Tidak ingin rahasia terbongkar tapi malah melakukan tindakan yang aneh, pikirkan alasan yang bagus, Raven..

"Eh? Aku? Hanya sakit perut saja, tadi sepertinya kebanyakan minum kop," jawabnya lagi sambil tertawa.