[Story Telling] When the Two Meet, the Story Begin

"siapa yang emosi, saya hanya memberitahukan kebenaran yang ada, ya bukan?" katanya sambil kembali duduk manis. namun tetap saja wajah juteknya terpasang.

"masalah? kaupikir yang tadi itu masalah? yang tadi itu hanyalah sebuah peristiwa, yang terjadi karena kesalahan. kesalahan sudah biasa di dunia seperti ini. tak ada yang perlu diselesaikan, karena tanpa itu juga peristiwa itu juga sudah berlalu kan? hanya orang bodoh yang terlalu mempermasalahkan masa lalu." katanya masih dengan nada dingin dan mulai meminum kopinya. raven dan elean keluar untuk mengambil jasnya. takapalah, toh dia bisa mengurus diri sendiri.

"masih disini?" katanya pada yuto, yang sebenarnya merupakan ajakan tak langsung untuk mengobrol selagi pengawalnya tidak ada.

Raven dengan enggan berjalan keluar dari tempat itu. Dia sebenarnya enggan meninggalkan Sheera sendirian.

Tapi dia tetap menuju mobil untuk membawakan jas putih Sheera, karena itulah perintahnya tadi, Dan segera kembali ke kafe. Raven melihat Sheera yang sepertinya sedang berdebat dengan seseorang.

Raven buru-buru menyelang pembicaraan Yuto dan Sheera,

"Itu sudah pasti kesalahan pegawai anda, sebaiknya suruh pegawai itu sekarang juga untuk meminta maaf pada Sheera-sama,"ucap Raven keras kepala."Lagi pula anda akan menyesal jika berurusan dengan Sheera-sama"

Raven mengakhiri pembicaraannya dengan Yuto dan tersenyum sedikit sinis.

sheera mengambil jasnya. melepas rompinya yang kotor dan mengenakan jas putihnya. jas putihnya itu menandakan kalau dia adalah salah satu anggota keluarga kerajaan britannia. "ah..terimakasih, raven. tapi..." katanya sambil mengisyaratkan agar Raven tenang. kharisma dan wibawanya sheera sangat terasa.

"..tenanglah. ini bukanlah sebuah kejadian yang hrus dipermasalahkan terlalu serius." ujarnya tenang. "lagipula seharusnya pandanganku tadi cukup memberikan masalah pada pelayanmu tadi, dia terlihat sangat pucat. hh..." katanya sambil menghela nafas.

meskipun sepertinya sheera sedang terlihat sangar dan garang, sebenarnya dia sedang salah tingkah. karena alasan yang jelas, yuto berada dekat dengannya. sheera terlalu terpesona. sampai-sampai jantungnya berdegup tidak karuan. meskipun begitu, sheera masih ingin berbicara dengan yuto. terserah tentang apapun, asal sheera masih bersama dengan yuto.

"hm..kau pemilik tempat ini?" tanya sheera. "sepertinya kau populer di kalangan gadis-gadis, apa segitu populernya sampai kau harus dikawal elite army juga?" katanya sambil menunjuk pada cross dari kejauhan. maksudnya memang baik, mengalihkan pembicaraan, tetapi kesannya malah seperti mengejek yuto.

Raven pun mulai tenang. Dia duduk di samping Sheera, memperhatikan Sheera yang sedang berbincang-bincang dengan Yuto.

Raven mengeluarkan Pocky-nya lagi, dan menawarkan kepada Elean sambil memperhatikan sekelilingnya. Kafe itu entah mengapa menjadi lebih sepi.

Hmm..Sepi sekali..Apa karena tindakanku yang tadi berlebihan, ya?

Raven merasa bersalah juga. Dia melihat pelayan yang tadi dia suruh untuk meminta maaf pada Sheera. Pelayan itu semakin ketakutan melihat Raven menangkap sosoknya di balik pintu dapur kafe. Pelayan itu sudah pasti mendengar Raven yang berkata sinis tentang dirinya.

Ini pasti salahku, ahh..Aku terbawa emosi, kelihatannya aku harus meminta maaf padanya

"Ah, maaf Sheera-sama. Aku ke sana dulu sebentar, tidak apa-apa kan?" Sheera kelihatannya pun tidak keberatan, dan Raven pun segera meninggalkan Sheera dengan Elean di sana.

Yuto hanya menatap gadis itu saja. Ia heran dengannya, mengapa yang seperti itu bukan masalah? Bagi Yuto, tentu saja ini masalah. Karena ia tahu betapa sulitnya untuk membuka kedai di settlement ini. Sekali lagi, terima kasih untuk Cross yang telah membantunya.

Sekarang, seorang gadis yang tampaknya memiliki hubungan dengan militer duduk tepat di depannya. Tampaknya sang gadis sudah tak mempermasalahkan lagi tentang insiden tadi, untunglah. Dan bajunya yang basah pun sudah diganti oleh mungkin-pengawalnya yang membawakannya jas putih baru. Tunggu? pengawal seorang elite army? Gadis ini bukanlah orang biasa. Lama-lama ia semakin tertarik.

Yuto segera tersenyum pada gadis itu, "Tentu! Aku masih disini" serunya. Kemudian salah satu pengawalnya yang berambut sedikit panjang dan diikat, mengancamnya dengan tatapan sinis. Yuto hanya menatapnya balik, tatapannya masih lembut. Ia sama sekali tak berkata apa-apa. Setidaknya seorang elite army tak mungkin menyerang seorang civillian biasa disini.

Yuto kembali menatap sang gadis sambil tetap tersenyum, "Benar, wajahnya pucat sekali, aku pikir raut wajah nona cukup menyeramkan!" serunya. Entah kenapa kata-kata yang sedikit menyinggung tersebut keluar saja seenaknya dari mulutnya. Yuto tetap tersenyum.

"Ya, aku pemilik tempat ini!" lanjutnya. "Benar, aku sangat populer sekali disini. Setiap hari selalu saja wanita-wanita tidak tahu malu itu mengerumuniku. Mungkin aku ini kupu-kupu, mengeluarkan feromon yang menarik perhatian mereka. Hhahaha!"

Tanpa sadar, Yuto segera menarik sebuah kursi untuknya duduk disitu. Ia sungguh penasaran dan ingin berada lebih lama di dekat sang gadis. Apalagi salah satu pengawalnya pergi meninggalkan mereka. Tinggal tersisa satu orang lagi sebelum mereka benar-benar berdua.

sheera melihat raven dan pelayan itu. dia memberikan isyarat 'pergilah' pada raven. dan kini, hanya ada dia dan yuto berbincang bincang.

"oh.." kata sheera pendek. dia tidak memberikan tanggapan lain selain itu. hanya memandang yuto dengan tatapan datar sambil meminum kopinya. "segitu merepotkannya kah sampai harus dikawal juga? tapi melihat peristiwa tadi, hal itu pasti sangat menyeramkan. dikerubungi seperti itu setiap hari." ucapnya.

"lagipula apa untungnya sih mengejar-ngejar pria sepertimu. buang-buang waktu saja. pantas saja area ini masih kacau." katanya sambil memandang keluar, menatap area yang akan dipimpinnya nanti.

Yuto memandang gadis itu dalam. Ia merasa gadis ini sungguh berbeda sekali dengan gadis-gadis yang biasa ia temui. Gadis ini, sungguh berbeda, membuatnya semakin tertarik padanya.

"Benar, sangat menyeramkan" serunya, sambil mengangguk. "Entahlah, aku juga tak mengerti maunya mereka itu apa. Aku harap, kau tidak mengejarku juga. Hhahaha"

Tawanya membuat pesonanya semakin menyebar ke seluruh sudut di kedai kopi tersebut. Hampir semua wanita yang ada disitu menoleh padanya. Kecuali hanya satu orang, yaitu sang gadis yang saat ini berada di depannya.

Bukannya melihat ke arahnya, sang gadis malah menatap keluar jendela. Ia juga kemudian menoleh ke arah yang sama, bermaksud ingin tahu apa yang dilihat oleh sang gadis. Hanya pemandangan biasa, tak ada yang lebih. Yuto kemudian menoleh pada gadis itu lagi.

"Ngomong-ngomong, kalau boleh aku tahu, siapa namamu?" tanyanya penasaran. Ia ingin mengenal sang gadis lebih jauh lagi.

sheera meletakkan cangkir kopinya yang tinggal sedikit lagi. "oh, saya? sheera." ujarnya pendek tanpa menoleh ke arah yuto sedikitpun. dia tidak sanggup menatap mata yuto lebih dalam.

sambil terus melihat ke luar jendela, sheera bertanya pada yuto. "hei, menurutmu, area ini adalah area yang bagaimana?" tanyanya sambil mengutak-atik sendok teh yang ada di samping cangkir kopinya.

salah tingkah, itu yang sheera alami sekarang. rasanya bodoh sekali kalau orang sepintar sheera salah tingkah hanya oleh seorang pelayan kafe. setidaknya hanya sheera yang berpikir seperti itu.

Akhirnya Yuto mengetahui nama sang gadis yang sedari tadi menarik perhatiannya. Sheera. Ia tersenyum, namun sedikit kecewa karena Sheera sama sekali tak memandangnya. Ia terus melirik keluar.

Sesekali Yuto juga melirik pada arah yang sama dengan arah yang menjadi perhatian Sheera. Ia bingung sendiri, ia merasa salah tingkah. Ini pertama kali untuknya, karena sebelumnya ia tak pernah seperti ini di depan wanita. Sheera adalah sosok yang spesial baginya.

"Area 11 maksudmu? Aku tak suka dengan yang namanya penjajahan, kasihan sekali mereka yang dijajah. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, toh aku hanya warga sipil biasa" jawabnya jelas.

Ia kembali menatap Sheera dengan dalam. "Kau siapa? Pakaian itu... jangan-jangan kau... kingdom family?" Yuto begitu penasaran dengan apa yang akan dijawab Sheera mengenai pertanyaan tersebut.

"penjajahan ya..." gumam sheera pelan sambil menghabiskan kopinya. "kalau mereka bisa bekerja sama kan pasti sudah beres. begitulah orang-orang yang mempermasalahkan masa lalu, mempersulit hidup mereka saja." katanya pelan.

sadar yuto menatapnya terus, dia makin salah tingkah. apalagi saat yuto bertanya statusnya sebagai anggota kingdom family. "sheera li britannia. salam kenal." katanya sambil tersenyum manis. dia melirik jam di dinding.

"ah, sudah jam segini." katanya sambil mengalihkan pembicaraan. "boleh kuminta bonnya? yuto.." katanya, dengan ekspresi juteknya lagi. dia juga panik, karena tanpa sengaja dia tersenyum.

Yuto hanya tersenyum pada Sheera. "Hhahaha, benar juga apa katamu, mereka itu kuno!" serunya. Ia senang, ia telah menemukan satu hal lagi yang makin membuatnya tertarik pada Sheera. Gadis itu sungguh inteligent. Membuatnya semakin kagum pada Sheera.

Sheera memang berbeda dengan gadis biasa, pikirnya. Seumur hidup, ia tak pernah membincang-bincang mengenai penjajahan Britania dengan seorang wanita. Mungkin saja, nanti mereka berdua akan semakin dekat.

Namun satu hal yang membuatnya kaget, Sheera ternyata memang adalah seorang kingdom family. Ia terdiam sejenak, entah terkejut, maupun kagum. Ia tak tahu, perasaannya tak karuan. Kalau Sheera tahu siapakah Yuto sebenarnya, mungkin gadis itu akan membencinya. Tapi sekarang bukan itu yang menjadi masalah bagi Yuto, melainkan perasaannya sendiri pada Sheera. Kenapa ia begitu tertarik padanya?

Sore ga ai deshou?

Kemudian Sheera meminta bon pada Yuto. Ia sedikit kecewa karena itu berarti Sheera akan kembali ke istananya, dan Yuto tak bisa memasuki 'daerah'nya. Hal itu menyakitkan, namun rasa kecewanya berubah ketika Sheera tersenyum padanya. Ia pun tersenyum.

Yuto kemudian segera memberi Sheera bon yang dimintanya. Namun setelahnya ia berkata, "Terimakasih telah mengunjungi kedai kami! Datang lagi kemari, ya!"

"Ternyata ukuran dadamu B-cup ya, sesuai dengan yang terlihat!"serunya sambil tersenyum geli dan mengangkat tangan kanannya yang membentuk huruf O. Kapan Yuto memegang dada Sheera? Sungguh misteri.

"ah...ini. Ambil saja kembaliannya. Raven! Cepatlah! Aku harus segera pergi!"panggilnya sambil mengambil sehelai tissue, menulisnya, dan memasukan tissue itu ke dalam sakunya lagi.

Lalu dia beranjak dari kursinya. Namun dia kaget saat yuto menyebutkan ukuran dadanya. "he..hei! Argh! Dasar mesum! Menjijikan!" katanya sambil pergi melewati yuto, mendekati cross.

"sampai bertemu di HQ" bisiknya pada cross.

Dia menunggu raven keluar dari dapur.

Yuto hanya tertawa. Ia merasa puas sekali telah menggoda Sheera seperti itu. Walaupun menyebalkan, tapi ia menyukainya. Sebutan 'mesum' dari Sheera membuatnya semakin senang.

Melihat Sheera yang mendekati Cross, ia tampaknya menyadari situasi dan kondisi yang terjadi. Ketahuan sudah status Cross yang juga elite army seperti pengawalnya yang lain. Ia hanya tersenyum geli. Ia mendekati Cross karena penasaran bagaimana reaksi pria berjanggut tipis itu.

Ia kembali menatap Sheera, dan melambaikan tangannya pelan. "Usahakan jika kau kembali kesini, ukuran dadamu sudah lebih besar ya! Karena tadi aku merasa seperti menyentuh papan!" serunya, sambil tersenyum geli dan menyandar pada tembok. Ia kemudian melipat kedua tangannya di dadanya.

Yuto hanya berharap, bisa bertemu Sheera lagi untuk yang kedua kalinya.

Dia semakin kesal dengan yuto. Apalagi yuto berteriak cukup keras tentang ukuran dadanya, yang memungkinkan semua orang di sana mendengarnya. "tsk..dasar mesum!" omelnya. Kali ini dia mengambil pisau yang tak jauh darinya dan melemparnya ke arah yuto.

*jleb*

pisau itu menancap tepat di samping leher yuto.

"sekali lagi kau berkata seperti itu, kau akan merindukan keberadaan kepalamu." ancamnya. Penghalusan dari kalimat 'jaga mulutmu atau kupotong lehermu' adalah kalimat favoritnya.

ah? Bukan begini!! Dia pasti akan membenciku!

sheera membalikkan badannya. "menyebalkan" keluhnya sambil melipat kedua tangannya dengan angkuh. Dia amat-sangat kesal namun tertarik dengan pemuda itu.

Tiba-tiba sebuah pisau melesat menuju dirinya, tidak, menuju tembok di sebelahnya dan menancap cukup dalam. Yuto memang kaget, namun ia tidak bergeming. Entah karena saking terkejutnya atau apa, ia hanya tersenyum melihat tingkah Sheera dan kata-katanya yang berarti, 'jaga mulutmu atau kupotong lehermu'.

"Wah... gadis yang menyeramkan!" serunya. Ia kemudian tersenyum lagi, "Tapi... itu yang kusuka..." katanya, berusaha sepelan mungkin agar hanya dirinya sendiri yang bisa mendengarnya.

Ia kemudian melambaikan tangannya sekali lagi pada Sheera, lalu melihat pisau itu. Ia segera mencabutnya. "Ckckck... tembok kedaiku jadi rusak nih!" keluhnya, "Suruh orang lain saja yang memperbaiki, ah! Aku malas... Tapi siapa ya?"

Lagi-lagi, ia hanya tersenyum pada dirinya sendiri. Ia bermaksud menyimpan pisau itu diam-diam, dan mengklaimnya sebagai koleksi pribadinya. Bahkan kalau bisa, ia ingin memfigura pisau itu dengan judul, 'Sebuah Pisau sang Putri' dan memasangnya di tembok kedai bersejarah ini.

Ya, bersejarah. Kedai kopi ini adalah tempat dimana Yuto pertama kali bertemu dengan Sheera, dan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.

tapi itu yang kusuka

suara yuto yang pelan namun bisa terdengar jelas olehnya kalau itu memang benar suara yuto yang ditujukan padanya. Kata-kata itu sukses membuatnya tercekat karena terlalu senang.

Dia mencubit pipinya agar tidak berpikir hal yang menurutnya adalah hal yang bodoh. Memikirkan lelaki bodoh nan mesum membuatnya merasa bodoh sendiri.

geez! Ga! Ga! Ga mungkin aku juga suka sama si hentai itu!

"pisau dapur tokomu yang tadi kulempar padamu lumayan. Enak untuk dilempar. Apalagi padamu." ujarnya ketus. Ah, sheera bukanlah perempuan yang manis. Dia lebih mirip macan betina. Sangar.

Yuto kembali menoleh pada Sheera. Ternyata, gadis sangar yang satu ini masih ingin melanjutkan toh? Yah, apa boleh buat. Untuk Sheera, apapun akan Yuto layani. Sekilas terdengar menjijikan, tapi memang begitulah adanya. Yuto jadi tertawa sendiri memikirkan hal itu.

"Jadi ini pisau dapurku?" katanya, ia lalu melihat ke arah pisau yang digenggamnya, "Benar juga, kenapa aku tak menyadarinya ya?" serunya.

Ia lalu mendekati Sheera dan menepuk kepala gadis itu. Kemudian ia memegang kedua tangan Sheera, menariknya, dan menaruh pisau itu di tangannya. Ia juga mengambil sebuah palu, dan juga menempatkannya di tangan Sheera.

"Ini hadiahku untukmu. Pisau ini boleh kau bawa pulang sebagai kenang-kenangan dan pasti kau akan selalu mengingatku setiap kali kau melihat pisau ini. Lalu untuk palunya..."

Ia lalu menunjuk pada tembok yang retak karena tancapan pisau itu. "Aku harap, dengan senang hati kau mau memperbaikinya!" serunya sambil tertawa geli. Mengerjai Sheera adalah hal mengasyikan dan telah menjadi suatu hobi baru baginya.

Raven semakin kebingungan melihat kedua orang itu, Yuto dan Sheera yang sedang beradu mulut, ah bukan, tepatnya beradu peralatan dapur dan sebuah palu.

Tapi entah mengapa, kali ini Raven bukannya panik dengan mengeluarkan minigunnya ataupun senjata-senjata yang lainnya, dia tersenyum dan bergumam pelan,

"Haha, pasangan yang cocok."

Raven benar-benar tak bisa menahan senyumnya, malah dia hampir tertawa, tetapi dia tetap menyembunyikan wajahnya dari Sheera. Dia yakin Sheera pasti akan memukul kepalanya berkali-kali jika Raven ketahuan menertawakan Sheera.

Tetapi tetap saja Sheera menyadari Raven yang ada di belakangnya pada saat itu sedang menertawakannya. Dia melirik Raven dengan pandangan yang jutek dan menusuk. Raven buru-buru memasang wajah serius, dan berdiri tegap di belakang Sheera, walaupun dia harus berusaha mati-matian menahan tawanya.

Sebuah pisau dan palu berada di tangannya. "tentu saja, dengan senang hati kuterima pisau ini. Akan kusimpan. Pisau ini akan selalu membuatku ingat bahwa aku berkewajiban menghilangkan nyawamu dengan pisau ini kalau kau macam-macam lagi." katanya sambil menyimpan pisau itu dibalik jasnya.

Dan yang ada di tangan kirinya sekarang hanyalah sebuah palu. Ketika dia disuruh membetulkan tembok yang dirusaknya. "ap....ah! Aku tidak butuh palu jelek ini. Bagaimana caranya membetulkan bekas tancapan pisau di tembok hanya dengan sebuah palu? Dasar bodoh..." omelnya sambil melempar palu itu ke tuannya.

Sheera hanya memasukkan tangan kanannya ke saku dan mengayunkan tangannya itu ke arah lubang yang tadi.

*Jleb*

kali ini sebuah pisau berwarna hitam dan tertulis 4-Ra berwarna ungu muda dan terukir halus menancap di tembok. Ada sebuah tissue tertancap di pisau itu. "tuh, sudah kututup lubangnya!"katanya dingin sambil berbalik dan keluar.

"bye.." katanya sambil menghilang dari balik pintu toko.

Sheera yakin mereka pasti akan bertemu lagi, karena tulisan di tissue itu.

Quote :

suatu hari, mungkin akan bertemu lagi, namun tak langsung..

See ya, n I don't wanna b ya!

P.S: riniqsamxo oje limxejoale..

di dalam hati sheera berdoa, agar yuto tidak tahu arti post note itu. Kalau iya, entah dia harus bagaimana.
[out]

OOT: sumpah... nggak ngerti ! bahasa apaan tuh???
______________________

Bukannya memperbaiki, Sheera malah menancapkan pisau lainnya pada lubang tembok itu. Pisau itu berwarna hitam dan tertulis 4-Ra berwarna ungu muda dan terukir halus menancap di tembok. Dan ada sebuah tissue tertancap di pisau tersebut.

"Bye..."

Ia melambaikan tangannya pada Sheera untuk yang ketiga kalinya, dan tersenyum padanya di belakang. Namun, senyumnya menghilang setelah itu. Entah kenapa. Ia kemudian memasukkan kedua tangannya pada masing-masing kantung celananya.

Dilihatnya tissue yang ternyata merupakan sebuah pesan dari Sheera untuknya. Ia membaca setiap tulisan-tulisan yang terukir indah walaupun hanya pada sebuah tissue. Ia sendiri tak yakin apakah bisa menulis seindah dan serapih itu pada tissue. Kemudian pikirannya kembali terlalih pada kata-kata dalam pesan tissue itu. Ia mengambil kacamata minusnya.

"Suatu hari, mungkin akan bertemu lagi, namun tak langsung... See ya, and I don't wanna be ya..."

Ia terdiam sejenak ketika membaca tulisan selanjutnya. "P.S... riniqsamxo oje limxejoale.. Apa artinya itu?"

Yuto kemudian segera kembali duduk di kursi kerjanya, sambil tetap menatap dan berpikir keras menemukan arti dari kalimat terakhir itu. Ia membetulkan posisi kacamatanya yang sedikit terayun ke bawah, dan lalu kembali berpikir. Mungkinkah itu adalah sebuah pesan rahasia untuknya? Entahlah. Sampai pada akhirnya...

"Oh..."

Raven lagi-lagi tertawa melihat tindakan atasannya itu.

Raven buru-buru mengajak Elean untuk segera keluar dari kedai itu, mengikuti jalannya Sheera.

Sambil berjalan dia melihat ke sekeliling kedai itu, dan melihat Yuto yang kebingungan dengan pesan yang ditinggalkan Sheera.

Ah, kedai yang benar-benar menarik

(out)

Yuto yang terdiam di kursi kerjanya, hanya tersenyum dan tertawa melihat pesan dalam tissue tersebut. Sejujurnya ia tak mengerti, namun, ia hanya mengkhayal-khayal saja mengenai arti dari pesan aneh tersebut. Ia kembali menaikkan posisi kacamatanya yang sedikit turun.

"Payah sekali..."

Ia kemudian menatap keluar jendela. Kini matahari sudah tepat berada di atas kepala orang-orang dan membuat kepala mereka mendidih kepanasan. Bayangan pun tampaknya memendek dan menyatu dengan langkah kaki yang sepertinya sibuk sekali menggerakkan otot-otot betisnya kesana kemari. Yuto hanya tertawa saja melihatnya.

Setelah bertemu Sheera, semua hal yang tampak biasa, menjadi luar biasa di mata Yuto. Membuatnya tampak seperti melayang-melayang menuju negeri impian yang diimpikan semua orang. Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Sungguh menyenangkan. Semua hal tentang Sheera adalah menyenangkan, dan akan terus begitu.

Ia menoleh lagi pada kalimat-kalimat di tissue yang ia pegang tersebut. Entah kenapa ia teringat akan status Sheera sebagai kingdom family. Entah apa yang akan terjadi jika statusnya yang 'sebenarnya' diketahui Sheera? Gadis itu pasti akan sangat dan sangat membencinya. Sheera mungkin takkan mau lagi berbicara padanya, semuanya akan berbeda.

Ia tak mau hal itu terjadi.

Sama seperti yang ia lakukan terhadap orang tuanya, ia bertekad akan menyembunyikan suatu rahasia yang sangat besar dari gadis itu. Rahasia yang merupakan titik lemahnya selama ini. Rahasia yang menyangkut hidup matinya. Rahasia tentang 'dia', sang psikopat yang kini sedang setengah-tertidur di dalam dirinya. Tentang 'dia', sang dewa kegelapan.

"Hhh..."

Yuto menghela nafasnya dalam-dalam. Ia kemudian menyimpan tissue tersebut di dalam saku celananya. Jika ia sampai di rumah nanti, ia akan memyimpan tissue tersebut di tempat koleksi pribadinya. Tissue yang berharga, ah bukan, kalimat-kalimat yang berharga itu selamanya akan menjadi benda favoritnya dan akan ia jaga baik-baik.

Yuto tersenyum sejenak, kemudian ia kembali bangkit dari tempat duduknya dan melayani pelanggan-pelanggan lainnya yang baru saja datang. Hari ini mood-nya sedang dalam masa keemasannya, membuat pesonanya semakin menyebar kemana-mana.

Aku harap, aku bisa bertemu dengan Sheera lagi untuk yang kedua kalinya.

[THE END]