[Pre-RP] Dorm garden...

"Emery, simpan itu untuk nanti. Sekarang permainan kita adalah..." Akira berpikir sejenak, "meyusup ke kamar orang tanpa diketahui." dan inilah permainannya. Ini sama sekali bukan permainan yang aman, Akira...

"Kalian tahu tidak? di sebelah ruang janitor asrama putri ada sebuah kamar. Dulunya kamar itu adalah kamar siswi, tapi kamar tersebut tidak lagi digunakan karena terlalu sumpek, lembab, sedikit cahaya matahari. Setiap yang tinggal selama sebulan di kamar itu pasti sakit. Nah, ruangan itu kan ada di asrama putri, kalian tahu kan peraturan di sini, siswa dilarang masuk ke asrama siswi. Karena sekarang sedang libur, bagaimana kalau kita mencoba masuk ke kamar itu? Banyak yang bilang kalau kamar itu dikutuk. ayo kita buktikan. Siapa tahu kita bisa menemukan barang menarik di sana. Siapa yang mau ikut?"

Levin hanya menatap Akira sambil mengangkat kedua alisnya.

"Nah.. Aku udah sering masuk ke asrama cewek but belum pernah nemu ruangan kayak gitu." selanya.

"Jangan-jangan kau cuma mau mengerjai kita ya?"

Ethan mengangkat sebelas alisnya, mendengarkan penjelasan Akira mengenai kamar yang angker. Ethan yang maniak hal-hal ghaib tentu saja tertarik, asalkan tidak ada angka 666 yang bisa menimbulkan phobianya kambuh lagi.

Tapi walaupun Ethan tertarik, tetap saja dia agak enggan. Karena itu adalah asrama putri kan? Baginya sebuah perbuatan yang tabu jika melanggar peraturan.

"Apa tidak masalah? Bukankah itu melanggar sopan santun?" tanya Ethan masih dengan poker face-nya, tapi dilihat dari sorot matanya jelas sekali Ethan tertarik pada cerita itu.

Ini merupakan kesempatan baginya. Siapa tau dia mendapatkan sesuatu disana. Sesuatu yang sejak dulu ingin dicarinya.

Akira tersenyum misterius.
"Ckckckck... ruangan ini terkunci dan ada di pojokan." Akira tersenyum,"dan kita akan mencoba membukanya. Kamar itu sudah terkunci selama lebih dari 8 tahun..." Akira tersenyum makin lebar saat menunjukkan sebuah kunci yang memang terlihat agak tua. Asrama kini sudah menggunakan kartu pelajar sebagai kunci untuk membuka kamar, walau mereka juga diberi kunci sungguhan kalau2 kartu mereka hilang.

"Lagipula, ethan... sekarang asrama siswi lantai satu hampir kosong sama sekali. Peraturan permainan ini hanya satu. Kita tidak boleh membuka pintu kamar lain selain pintu kamar itu."

"jadi apa kita mau mulai permainan ini?" Akira memutar-mutar kunci itu sambil menawarkan kembali.

Perkataan dari Akira.. Menganggu ketenangan? Sepertinya dari tadi mereka hanya berbincang-bincang dengan volume normal dan bukan berteriak, jadi hal ini tak bisa dikategorikan sebagai menganggu ketenangan bukan? Dan hal berbahaya dan mengancam nyawa orang lain? Santai, Emery juga tak akan sudi masuk penjara karena membunuh orang lain. Dan apa ini? Mengusir mereka semua? Batas kesabaran Emery sudah maksimal. Tapi dia memberi tantangan baru, menyusup, lumayan

"Hooo.... Baiklah, kuturuti keinginanmu" Emery memasukan cutternya dan tak lupa mengambil gunting dari pouchnya, terlebihnya, ia malah memainkan gunting itu dengan memutar-mutarkannya di tangan kanannya. "Kuterima, tantangan yang bagus"

Menanggapi tantangan Akira, dua cowok yang berbeda banget, Levin dan Ethan mulai ikut bicara meskipun Ethan terlihat kurang berminat.


oot : Harem nih, reverse harem! *ngakak*

Mendengar penjelasan dari Akira, Ethan mengangguk-angguk mengerti. Dan memutuskan untuk menerima tawaran Akira itu. Lagipula dia penasaran, walaupun dia harus mengambil resiko bertemu dengan makhluk gaib atau kerasukan, itu semua demi memperdalam ilmu supranaturalnya.

"Baiklah, aku ikut," Ethan mempersiapkan kameranya, untuk mengabadikan makhluk-makhluk disana.

Ethan membayangkan apa yang akan terjadi disana. Yang pasti dia membawa garam untuk penangkal setan, dan beberapa benda yang diyakininya bisa menghilangkan pengaruh dari makhluk gaib.

Levin hanya menggeleng-gelengkan wajahnya, "Yah, whatever deh." ucapnya pelan.

Mungkin permainan itu ada untungnya juga. Selain pergi ke kamar yang katanya terkutuk itu, ia juga diam-diam akan menyusup masuk ke kamar salah satu cewek yang ada di asrama dan mengambil beberapa pakaian dalam yang mereka tinggal di sana.

"Aku ikut." memikirkan tentang pakaian dalam itu, ia menjadi semangat. Dasar anak muda dan hormonnya yang sedang pada masa puncaknya.

"Yosh... baiklah... ayo kita mulai." Akira melempar kunci itu dan menangkapnya lagi.

"Ah... hati-hati jangan sampai kita ketahuan miss Fellini yang sepertinya sedang beristirahat di kamarnya yang juga ada di lantai satu." Akira mengingatkan. Bisa jadi masalah besar kalau Selene sampai tahu.

"Let's begin the mission." Akira langsung pergi menuju asrama putri.

Levin agak-agak kaget mendengar ucapan Akira. Yang dia maksud itu Selene Fellini sang ketua OSIS SMA kejuruan 'kan? Oh my God, sungguh menarik. Siapa tahu ia bisa juga turut menyusup masuk ke kamar cewek itu.

"Yeah, sure... whatever." ucapnya sambil mengangkat kedua bahunya. Ia menyeringai, karena ia sudah punya rencana sendiri mengenai 'permainan' ini.

Kau takut ya?

Oh, who cares about ghost! pikirnya. Sesungguhnya ia tak begitu percaya dengan yang namanya hantu. Tapi mungkin melihat satu takkan membuatnya terluka, ya 'kan?

Akira memimpin jalan dan mereka sudah memasuki koridor lantai 1. Akira langsung saja menuju pojok koridor dan berhenti di depan sebuah pintu.

"Ini kamar yang kuceritakan tadi, kamar no 33." akira mengeluarkan kunci kamar itu dan mencoba membukanya. Tapi sepertinya lubang kuncinya macet.

"Ada yang bisa membantuku membuka pintu ini?" Akira bertanya pada yang lain.

"Aku saja." kata Prestious yang sejak tadi tanpa suara berada di belakang mereka. Ia mengecek gagang pintu kunci itu, lalu menggoyangnya keras keras, dan memutarnya.

*klek* Pintu itu lalu terbuka tanpa usaha tambahan, *krieet* derit pintu itu cukup menyeramkan, tapi tidak terlalu buruk.

"Nah, kalian mau masuk? Masuklah duluan." kata Prestious seraya berjalan ke belakang mereka

"Oke... terima kasih kak." Akira langsung masuk begitu kamar itu terbuka dan mengecek ke dalam.

"Uhuk uhuk... debunya banyak ya... kamar ini juga lembab dan bau apek. Nah, sekarang kita mulai berpencar dan menggeledah kamar ini. Kalau ada yang aneh segera beritahu."

Akira langsung menuju meja belajar dan membuka laci yang ternyata tidak terkunci. hanya ada kertas-kertas kosong yang sudah tidak terpakai.

Levin lalu pergi ke kamar bernomor 33 itu setelah sebelumnya ia berhasil menyusup masuk ke dalam salah satu kamar anak cewek yang dipilihnya secara random dan mengambil sehelai pakaian dalamnya untuk menjadi koleksinya.

Ia bersiul, kemudian dilihatnya semua teman-teman in crime-nya sudah memasuki kamar terkutuk itu. Sambil menyeringai, diam-diam ia lalu mendorong pintu kamar itu dan menutupnya, mengunci semua yang ada di dalamnya.

"Selamat berjuang di dalam ya!" serunya pada orang-orang yang di dalam. Ia bermaksud untuk tetap di luar dan melihat apa yang akan terjadi dengan orang-orang itu.

"dan selamat berjuang juga untuk melarikan diri." Selene berdiri di depan kamarnya yang baru saja dimasuki oleh levin.

"Kau benar-benar tidak sopan, Stevan... entah apa yang ada di pikiran mereka sampai-sampai memilihmu sebagai ketua OSIS." Selene mendekatinya dengan tatapan sinis. "jadi... please give it back to me." Selene menunjuk apa yang diambilnya tadi.

"aku bisa saja melaporkan apa yang baru saja kamu lakukan itu pada pengelola asrama wanita, atau mungkin pada ayahku. Ah, ya pada ayahku. Dia tidak akan segan-segan." Selene mulai mengancam Levin walau tau ini tidak akan terlalu berhasil.

Prestious masuk ke dalam, berjalan-jalan dengan kedua tangannya di belakangnya.

"Hm... stagnan..." ia berkomentar pada udara yang ada dalam ruangan itu. Menekan, ya, tapi tidak terlalu buruk. Salah satu ruangan didalam kamar itu, terletak di pojok, bahkan hanya memiliki sebuah jendela kecil berjeruji yang terletak tinggi diatas, sebuah lampu amat kusam yang menggantung di langit langit oleh rantai besi yang sudah karatan, dan juga sebuah kursi bundar tepat di tengah ruangan itu (Tama ingat ini ruangan dimana?)

Tidak ditemukannya benda yang cukup menarik, kecuali sebuah locket berwarna keemasan yang ada di lantai.

Ia merunduk untuk mengambil locket itu, didalamnya, terpampang foto seorang gadis muda bersama seorang pemuda, mungkin kekasihnya.

"..." Ia menyimpan locket itu di sakunya, lalu kembali berjalan-jalan.

Levin sempat kaget mendengar suara yang tak lain dan tak bukan keluar dari mulut seorang gadis cantik yang bernama Selene Fellini. Oh, mati sudah, tapi justru ini yang membuat menarik.

"Oh... jadi celana dalam bercorak bunga kekanak-kanakan ini milikmu?" ucapnya menantang sambil mengeluarkan celana dalam cewek dari sakunya. "Dan namaku bukan Stevan, but Levin."

"Nah, I don't give a damn about that. Celana dalam ini sudah resmi menjadi milikku sekarang, darling. Silahkan saja kalau kau mau melapor or whatever."

Quote :

"Ah... hati-hati jangan sampai kita ketahuan miss Fellini yang sepertinya sedang beristirahat di kamarnya yang juga ada di lantai satu."

Mana mungkin aku melakukannya , batin Ethan.

Sekarang Ethan memperhatikan kamar bernomorkan 33 itu. Dan satu lagi yang disyukuri olehnya, kamarnya bukanlah kamar 66. Ethan tanpa ragu-ragu langsung memasuki kamar itu, memegang kameranya dengan erat, dan mengganti ke efek negatif lagi.

Sejauh ini Ethan tidak melihat apapun. Dia hanya merasakan aura hitam tetapi tidak terlalu pekat. Jadi dugaannya kamar itu tidak berbahaya.

Ethan memperhatikan senseinya, Prestious berjalan duluan dan menemukan sebuah loket. Tanpa ragu-ragu, Ethan segera mengambil foto loket tersebut. Siapa tau saja setelah dicetak nanti akan terlihat sesuatu yang cukup menarik.

"Diluar dugaanku, disini belum terlihat apa-apa. Apa gara-gara kemampuanku yang menurun ya," Ethan bergumam pelan sekali, mulai berjalan ke arah tempat tidur yang kusam disana. Ethan kembali mengambil foto barang-barang disana.

Sementara Akira dan grup-nya sedang bereksplorasi Selene ribut dengan Levin.

"Kau memang kurang ajar ya... kembalikan! lagipula untuk apa kau simpan?" Selene mulai mendekat. Untungnya dia masih aktif di klub karate sekarang.

"kalau kau memang tidak mau mengembalikannya aku akan menelepon ayahku sekarang juga atau pengelola asrama." Selene masih berusaha mengancam dia mengeluarkan handphonenya.

Sebenarnya dia sangat malu sekarang ini. Celana dalamnya dipegang oleh seorang pria mesum dan terkenal sangat playboy itu.

Levin hanya menyeringai, ia lalu melihat lagi ke arah celana dalam bunga-bunga itu sambil menyeringai, "Tch, kekanak-kanakan sekali. Kau menyebut dirimu 17 tahun sambil memakai celana dalam ini? Just give me a break..." godanya sambil cekikikan.

"Orang-orang sudah banyak yang memanggilku kurang ajar, jadi aku tidak peduli. You asked why? Aku cuma mengoleksinya saja. Di Amerika aku sudah mengoleksi hampir 150 celana dalam cewek, baik yang kucuri maupun sengaja para bit*h itu berikan padaku."

"Di Jepang ini," lanjutnya, "Aku bertekad ingin mengoleksi lebih... targetku melebihi 200."

Levin kemudian terdiam sejenak saat Selene berusaha mengancamnya. Ia lalu mendekatkan wajahnya pada wajah ketua OSIS kejuruan itu. "Letakkan handphone itu kembali ke sakumu! Kalau nggak, kucium kau!"

Idih idih...
Seillan mah daritadi ngikutin orang orang ini main ke ruangan angker sampe cengo...
Seillan tak habis pikir mendengar omongan yang udah ga jelas banget apa itu dari seorang Playboy yang ntah... siapa ya namanya? levin? Seillan hanya berfikir2 sambil merengutkan dahinya dan memutuskan untuk mulai berbicara

"hei hei.. ada apa ini? mau main cium-ciuman?" Ucap seillan dengan nada meledek dan mata coklatnya yang melirik-lirik kearah emery

Quote :

"hei hei.. ada apa ini? mau main cium-ciuman?"

Emery sebagai penghuni asrama cewek mah santai-santai aja mengikuti kelima cowok ini masuk ke ruangan yang dikatakan angker. Tapi selama ini dia tak pernah kerasukan atau melihat sesuatu seperti itu jadi bisa dikatakan ia tak percaya dengan hal-hal seperti ini.

Sei malah komentar aneh-aneh. "Otakmu itu perlu diservis sepertinya, Sei" ucap Emery meledek Sei.

^
Ruu, ruangannya dikunci sama Levin dari luar, terus kenapa ada emery?
---------------------

Prestious terus berjalan santai di ruangan itu, mencari benda-benda yang tidak biasa.

Di salah satu kamar di ruangan itu, ia menemukan sesuatu lagi. Sebuah pecahan berbentuk gir berwarna kehitaman dengan ukiran berwarna merah di dalamnya.

"Ooooh..." tangannya gemetar saat ia mengangkat pecahan itu. Ia menemukan sebuah tulisan yang bisa terbaca ditengah tengah ukiran itu.

"Frag...ment... of... S... Spring?" bacanya pelan. Ia lalu menyimpan pecahan kecil itu kedalam sakunya.

@sky-sen : anggeb aja ruu ada ditempat yg sama ama si Emie xDD emi ada di dlm ruangan itu bareng chara anda kan? xDD < ngaco

Quote :

"Otakmu itu perlu diservis sepertinya, Sei"

Seillan tersenyum licik mendengar perkataan emery, seillan berjalan mendekati emery dan memainkan rambut ikal emery yang cantik seperti Mie.

"Emery, apa yang mau kau servis dari otak ku ini?" Seillan mengucapkannya dengan senyum jailnya yang khas, inti dari perkataannya sih hanya untuk meledek emery.. tp ntah ya.. tanggapan emery seperti apa? xDD

Quote :

"Frag...ment... of... S... Spring?"

Kuping seillan yang awas itu mendengar perkataan Prestious... Fragment Of Spring...? kok kayaknya seillan pernah denger nama itu disalah satu game online yang dimainkannya ya..? Untuk memastikannya seilan bertanya kepada Prestious.

"anda.... main pangYa...?" Ucap seillan dengan wajah serius yang kesannya parno itu =)) *PLAK*

_______________________________
NGACO NGACO XDD ruu ga ngertii xDD *PLAK*

"Apa itu pangya?" tanya Prestious pada salah satu muridnya itu. Gelap, ia tidak dapat melihat jelas ada dimana Seillan saat ini.

"Aku hanya membaca inskripsi yang ada di pecahan gir ini saja, kok." kata Prestious seraya mengeluarkan pecahan gir bertuliskan 'fragment of spring' yang tadi ia simpan di sakunya.

"Kenapa, Seillan?"

@ Sky-sen : Emery emang ikutan masuk desu xD

Quote :

"Emery, apa yang mau kau servis dari otak ku ini?"

Sambil memainkan rambut ikal Emery, Seillan meledeknya. Apa Sei mengatakan bahwa ia ingin Emery lah yang men-servis otaknya yang sudah error itu? Emery merasa bingung, apakah maksudnya Sei adalah untuk membuat memori indah antara mereka berdua? *plak*. Tetapi, otak psychonya sedang bekerja sekarang jadi tak mungkin ia memikirkan hal tadi.

"Kalau gitu, mari kukeluarkan otakmu dan kucuci dengan bayclin" ucap Emery dengan senyum psychonya *bwahahahah*