[Story Telling] If....

OOT: well, uda lama ga nge-RP, ayo RPan lagi! hahaha ~

timeline: pokoknya setelah storytelling ini
lokasi: coffe shop-nya yuto
==============================

setelah kejadian rusuh beberapa hari yang lalu di Viceroy palace dan pencurian arsip kishidan besertaciumanpertamanyasheera*uhuk*, Sheera makin dendam saja dengan kishidan. namun karena terlalu bekerja keras menyusn strategi, akhirnya para elite pun kasihan, dan mengusulkannya untuk pergi ke cofee-shop seperti biasanya.

dan pada waktu istirahat, Sheera pun datang ditemani elite army lainnya.

"kenapa aku harus ke tempat ini coba?" gumamnya. gadis itu pun segera duduk di tempat biasanya, tanpa peduli pandangan kagum warga sipil di sekitarnya.

suasana kedai hari itu cukup ramai, belum lagi gaduhnya para elite army yang selalu bikin rusuh yang cukup menarik perhatian. namun yang lebih menarik perhatiannya adalah pemuda itu.

ya, Yuto Siegfierd, siapa lagi?

Hari ini begitu ramai, Yuto yakin sekali akan hal itu karena di kedua mata cokelatnya dapat ia lihat banyak sekali manusia yang memenuhi meja dan kursi kedai kopi Siegfierd miliknya. Suara obrolan terdengar dimana-mana, membuat kedainya semakin bising. Namun dirinya hanya senyam-senyum saja melihat semua itu, karena itu menunjukkan betapa laku kedainya dan ayahnya tentu akan bangga pada dirinya.

Namun sesekali senyum manis di wajah tampannya sekejap menghilang ketika ditangkapnya lirikan mata beberapa gadis yang tertuju ke arahnya, beserta kedipan yang membuatnya menelan ludahnya dalam dan menghela nafas panjang. Ia tahu kalau dirinya terlahir dengan wajah yang terlampau tampan, bahkan melebihi sang arjuna sendiri. Tapi jika ketampanannya itu harus dibayar dengan kedipan-kedipan gadis setiap harinya, ia merasa muak juga.

Lalu saat itulah, mata tajamnya menangkap sosok seorang gadis dengan pakaian royalnya dan rambut panjang yang begitu elegan, beserta beberapa elite army menyertainya. Seringai tampak muncul menggantung di salah satu ujung bibir tipisnya.

"Sheera..." gumamnya pelan, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dari tempatnya duduk, kursi dan meja khusus untuk manajer kedai kopi itu.

Ia lalu menepuk bahu gadis itu, "Hai Sheera," sapanya, "mau pesan apa, sayang?"

Sheera baru saja mendapat kedamaian ketika hendak menyalakan laptopnya dan sebuah tepukan lembut mendarat di pundaknya.

"oh, kau? hm..mungkin aku akan pesan hot cappuccino saja...aku benar-benar lelah.." katanya. ya benar, rasa lelahnya seakan menggerogoti badannya sedikit-demi sedikit, hingga mukanya bersemu merah...loh?

".....JANGAN PANGGIL AKU SAYANG!uuuuh...." teriaknya dengan wajah yang memerah. oh, sepertinya energinya mulai pulih, terimakasih untuk yuto yang selalu berhasil bikin sheera deg-degan.

*KRIING*

"eh? telepon? ....ya? oh! kak Arthur! ...ya..ya, baik...tidak, bukan begitu, ...bisa kok...eh?! sekarang?! wah..okeoke, aku masih diluar, mungkin nanti ketemu di HQ, ya. sampai nanti!". Sheera mengakhiri telepon itu dengan senyuman dan mulai mencari arsip kishidan lagi dengan semangat. loh? sepertinya ada "sumber energi" lain?

Yuto tersenyum dengan jawaban Sheera yang selalu bersemangat seperti biasanya. Dan oh, betapa kedua telinganya mendadak merasa hangat mendengar teriakan yang seperti nyanyian burung kutilang itu.

"Tentu saja sayang, pesanannya sebentar lagi akan datang!" serunya, kemudian ia lalu memanggil salah satu pelayan yang bekerja di kedai itu dan menyuruh pelayan itu untuk segera membawa hot cappucino ke meja ini, cepat dan tidak pakai lama.

Tanpa diminta maupun disuruh, Yuto segera menarik kursi di sebelah Sheera dan duduk dengan menempatnya dagunya pada kedua punggung tangannya. Dengan kedua mata cokelatnya, ia menatap Sheera, memerhatikan betapa cantik wajahnya itu. Senyum pun terukir di wajah tampannya.

Dan senyum itu menghilang tepat ketika Sheera mengangkat teleponnya yang berdering. "Arthur...? batinnya saat mendengar kata-kata Sheera yang ditujukan untuk lawan bicaranya di balik telepon itu. Setelah Sheera mematikan teleponnya dan kembali memeriksa arsip kishidan dengan semangatnya yang tak biasa, ia lalu bertanya, "Siapa yang meneleponmu barusan, sayang?"

"oh? maksudmu kak Arthur? dia adalah C.I.C area 8, yang katanya akan pindah ke area ini. dia dulu orang yang ikut ngelatih aku selama pelatihanku...ah, senangnya~" serusheera dengan semangat. ya, dia senang. C.I.C kebanggannya akan datang, dan membantunya untuk menangkap kishidan.

namun sepertinya akan ada yang salah paham tentang si "arthur" ini.

tiba tiba seseorang mendekati meja sheera. pria itu tiba-tiba memeluk sheera dari belakang.

"wah,wah, sepertinya aku tidak bisa menunggu di HQ nih sheera" kata pria tidak dikenal itu.

panjang umur, itu arthur rupanya

oot: rin-chan aja yang ngegerakin arthur kan?
_______________________________

"Hmm... C.I.C ya? ucap Yuto pada dirinya sendiri, sambil tak lepas memandang wajah cantik Sheera yang kelihatannya senang sekali. Tumben. Kok dia senang sekali sih? batinnya heran.

Lalu tiba-tiba seorang lelaki tak dikenal datang dan memeluk Sheera dari belakang, membuatnya sontak berdiri dari kursinya dan tanpa sadar sedikit menggebrak meja, walau tidak menimbulkan bunyi yang kencang. Tampak sedikit kerutan di dahinya.

Ingin rasanya Yuto membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu, namun mulutnya seperti terkunci. Ia hanya bisa menatap tajam lelaki asing itu.

oot: iyaa~
========================
sheera agak kaget dengan kedatangan arthur yang cukup tiba-tiba, dan Yuto yg tiba tiba berdiri diam dan terpaku. "ah? arthur? waah..kok kesini? kan sudah kubilang tunggu saja di HQ..." katanya sambil memeluk balik arthur. namun dia mengingat ada aura muram di belakangnya dan langsung melepas pelukan itu. setidaknya sheera tidak ingin yuto salah paham. tidak tahu kenapa, yah, nalurinya berkata seperti itu.

"hanya tidak sabar melihat wajah cantikmu itu sheera. kamu benar-benar telah menjadi wanita cantik sekarang! ah, boleh aku duduk disini? loh? dia temanmu?" tanyanya sambil menunjuk yuto yang sepertinya masih speechless.

kasihan yuto.

Yuto masih menatap tajam lelaki itu bahkan ketika Sheera memeluk balik lelaki asing itu. Tiba-tiba saja ada rasa sakit dan sesak di dalam dadanya melihat pemandangan menyebalkan di hadapannya itu. Meski Sheera hanya sebentar memeluk, tetap saja rasa sakit itu masih ada dan mulai menjalar ke kepalanya.

aduh kepalaku jadi agak pusing, batinnya. Ia pun serta merta memegang dahinya dan segera kembali duduk pada posisinya semula. Maklum, tubuhnya memang agak lemah. (oot: jadi inget Scarlett)

Namun kedua mata cokelat khas warga asli Jepang sontak kembali waspada ketika lelaki tak dikenal itu menggoda Sheera dengan menyebutnya cantik. Satu hal yang saat ini terpatri di benak Yuto adalah:

ALERT! Another gombal-er aside from him.

"Aku bukan temannya. Sheera itu pacarku, asal kau tahu saja. Namaku Yuto Siegfierd dan jangan menunjuk-nunjuk padaku seperti itu. Tidak sopan." tandasnya, meski sebenarnya kata 'pacar' tersebut hanya sepihak saja, ia tahu akan hal itu. Tapi kata ampuh itu diperlukannya untuk memberi peringatan pada lelaki di depannya itu. "Sekarang aku sudah memperkenalkan diriku. Jadi siapa kau? Apa hubunganmu dengan Sheera?"

Arthur dan (khususnya) Sheera agak terkejut mendengar yuto yang tiba-tiba berkata seperti itu. Dan dengan sika yang seperti itu, Sheera rasa Yuto agak keterlaluan kali ini.

"Yuto! pertama, saya belum bukan pacarmu, dan kedua, kamu sudah bertindak tidak sopan pada.."

tiba-tiba Arthur memotong perkataan Sheera, "Sheera..Sheera, hey, calm down...gapapa, tenang dulu. tidak apa-apa kok..." katanya sambil menenangkan sheera.

dia mulai duduk dan merangkul Sheera. dan dengan pandangan tajam dia membetulkan posisi kacamatanya. "oh, perkenalkan, namaku Arthur Sinclair" katanya kalem. "hubunganku dengan Sheera ya...hmm...gimana yaa?"katanya sambil mencium pipi sheera.

dan sukses, sheera speechlees.

Shock. Itu yang kin terpancar di wajah Yuto yang tampan itu ketika melihat lelaki bernama Arthur itu dengan lancangnya mencium pipi Sheera. Bahkan ia sampai tidak menghiraukan Sheera yang menyangkal status 'hubungan' mereka, yang memang wajar sekali untuk disangkal karena di antara mereka memang sama sekali tak ada hubungan yang melebihi teman.

Yuto mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia mencengkeram kerah baju Arthur dan menonjok wajah lelaki kurang ajar itu. Namun ia urung niatnya itu. Ia tak ingin membuat keributan di kedainya ini.

Namun ia juga tak bisa menyangkal dua alasan lain kenapa ia tak jadi memukul Arthur.

Pertama, ia tak ada hak untuk memukul lelaki itu, dengan alasan karena ia tak ingin Sheera miliknya dicium lelaki kurang aja itu. Sekali lagi, ia dan Sheera sama sekali tak ada hubungan spesial apapun, setidaknya belum untuk saat ini. Ia tak ingin ujung-ujungnya ia disalahkan atas hal tersebut.

Kedua, melihat tubuh Arthur yang kekar membuat nyalinya seketika ciut juga. Ia tahu ia bukan seorang pengecut, namun ia juga tahu betapa lemah tubuhnya itu. Ia yakin pukulan yang dilontarkannya pada lelaki seperti Arthur itu takkan berefek apapun. Ia tak mau menjadi satu-satunya yang berakhir dengan kondisi babak belur jika perkelahian itu diciptakannya.

Makanya, ia memilih untuk bekerja di balik layar. Meskipun ia memiliki Shiranui, knightmare yang sangat tangguh bila dibandingkan dengan knightmare Kishidan lainnya, ia masih lebih memilih untuk mengamati dari jauh daripada terjun langsung dalam sebuah pertarungan.

Pengecutkah? Sekali lagi, tidak juga.

Tapi tak dapat dipungkiri kalau ia kesal juga. Hanya saja, ia lebih memilih untuk tetap menahan emosinya dan melancarkan senyum palsunya, meski terdapat pula kerutan menghiasi permukaan dahinya yang tidak tertutup poni. Kemudian, masih dengan senyum palsunya, ia berkata pada Arthur, "Oh, jadi namamu Arthur ya. Salam kenal."

Yuto masih berusaha untuk tidak menggubris perlakuan Arthur terhadap Sheera yang membuatnya geram setengah mati, "Lalu, bisakah kau menegaskan, sebenarnya APA hubunganmu dengan Sheera?" tanyanya, menekankan intonasinya pada kata 'apa'.

Seandainya ia sedang memakai Shiranui-nya sekarang, ia pasti telah mencincang ganas tubuh kekar memuakkan milik lelaki tidak tahu diri itu.

Sheera bener-bener tidak berdaya sekarang. yuto mempertanyakan hubungannya dengan arthur. Sebenarnya tiada hubungan apapun dengan Arthur, hanya saja mereka sangat dekat sejak kecil.

sheera pun mendorong arthur jauh darinya. "tenang aja Yuto, aku dan arthur tidak ada hubungan apa-apa kok. hanya hubungan profesional di kantor?" katanya ragu. dia mulai sedikit panik. bagaimana kalau Yuto salah paham tentang hubungannya dengan Arthur? yang pasti itu akan sangat berbahaya baginya.

Arthur yang tidak menyerah, mulai mendekati Sheera lagi. "ayoo dong sheera manisku sayang~, apa kamu lupa waktu kecil dulu suka ngikutin aku kemana aja kalau lagi latian? dan dulu kamu pernah setuju untuk menikah denganku kan?" katanya santai.

Sheera hendak membantah perkataan Arthur, tapi dia tahu bahwa hal itu memang benar terjadi. Sheera kecil memang selalu mengikuti Arthur selama pelatihan, bermain catur bersama, bahkan dengan polosnya menjawab "ya" ketika Arthur melamarnya ketika kecil.

A...ayolah arthur!! itu kan cerita lama!!" kata Sheera dengan wajah blushing. dia membuang mukanya ke jendela, sedikit melirik Yuto untuk melihat reaksi pria itu

celaka duabelas...bukan, tigabelas kalau gini caranya...

Kedua mata Yuto melebar. Ia terbengong sejenak hendak mencerna apa yang baru saja Arthur katakan padanya. Kata-kata yang seakan membuat jiwanya terbang seketika meninggalkan jiwanya. Kata-kata yang seakan bagaikan kulkas, membuatnya beku seketika.

ayoo dong sheera manisku sayang~, apa kamu lupa waktu kecil dulu suka ngikutin aku kemana aja kalau lagi latian? dan dulu kamu pernah setuju untuk menikah denganku kan?

Menikah... Menikah... Menikah... Menikah... Menikah... Menikah... Menikah... dan kata itu begitu bergema di dalam benaknya.

Kalau begini, Scarlett tidak akan lahir! Gawat!

"Me-Menikah...?" ulangnya, dengan intonasi yang tanpa sadar agak sedikit bergetar, karena terlalu shock. Jantungnya seperti berhenti berdetak ketika ia mengatakan itu. Hingga ia tak bisa bergerak maupun menuturkan kata-kata lagi. Hanya bengong di tempat dengan mata yang masih melebar dan mulut yang menganga.

Meski ekspresinya swt seperti itu, Yuto masih tetap tampan.

Kekhawatiran terbesar Sheera terjadi sudah. padahal dia paling tidak mau kejadian konyol waktu kecilnya terungkap. Kalau bisa, habis ini dia bakal mohon-mohon ke Illya untuk membuat Mesin waktu untuknya. Untuk menghapus semua kenangan itu.

Dan semuanya terlambat, Yuto tahu, dan dia speechless.

Sheera tahu hal ini tidak baik, dan segera mengalihkan pembicaraan. "aa..itu..er..itu kejadian dulu, tidak usah dipermasalahkan...ehehehe..." katanya dengan tawa yang masam. mata ungunya menatap Yuto yang masih speechlees.


"la...lagipula Arthur, aku sudah...ur...er...*ehem*sudah.. menyukai orang lain..." kata Sheera. Sheera sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. yang pasti sekarang dia berusaha agar Yuto tidak salah paham. Mau bagaimanapun juga, orang yang dia cintai adalah orang speechlees dengan mulut menganga plus ekspresi tidak percaya.

namun memang pada dasarnya Sheera tsundere murni, dia benar-benar-sama-sekali-tidak-mau-menyatakan-cinta pada pria itu duluan.

Yuto, masih speechless, hanya terus saja bengong menatap Sheera yang tampaknya sudah mulai gelisah. Saking bengongnya, kata-kata Sheera yang mengatakan bahwa 'itu adalah kejadian dulu' dan 'aku sudah menyukai orang lain' hanya masuk telinga kanan dan keburu keluar lewat telinga kiri sebelum sempat diproses oleh otak jeniusnya.

Sebelah tangannya kemudian, dengan sedikit bergetar, mulai merangkak naik dan menampar pipinya sendiri. Membuatnya spontan menjadi fokus akibat rasa sakit yang mulai menjalar dari pipinya tersebut. Ia lalu berkedip cepat, meskipun begitu masih tetap menatap Sheera. Lalu setelahnya kedua alisnya tampak mulai meninggi.

Sheera bahkan tidak menyangkal.

"Aku... Aku tak menyangka... Sheera. Ternyata kau sudah bertunangan dengan lelaki lain... padahal baru saja kemarin kita berciuman. Aku pikir kau memberi harapan, tapi ternyata kau sama saja seperti wanita lain, hanya mempermainkanku. Sudahlah, aku tak peduli lagi." ucapnya dengan nada galau, tanpa diketahuinya bahwa itu hanyalah kesalahpahaman saja.

Ia lalu segera bangkit dari kursinya dan memalingkan wajahnya dari Sheera. Langkah kakinya yang sedikit gontai membawanya menuju meja kerjanya. Ia lalu duduk diam disitu dengan memangkukan wajahnya pada sebelah telapak tangannya. Mata cokelatnya menerawang ke arah langit-langit kedai kopi Siegfierd.

Checkmate

Sheera mulai ikutan speechless juga. Dia tahu bahwa Yuto sudah mencapai salah paham tingkat dewa. Perseteruan itu bahkan membuat kedai Yuto tenang, karena semua pandangan tertuju ke mereka. Sheera yang panik buru-buru dia hendak menyusul Yuto yang pergi tapi tangan Arthur menahannya.

"ah, Sheera, rasanya kau perlu menjelaskan padaku tentang orang yang kau suka...dan ciuman tadi.." kata Arthur dengan nada tenang namun mengerikan. kalau sudah begini, Sheera hanya bisa patuh. Sheera paling tahu bagaimana Arthur menghukumnya kalau melawan perintahnya, meskipun derajatnya Sheera lebih tinggi. Sekali menentang bisa-bisa dia dapat hukuman lari keliling lapangan dengan ditambah beban 2 ban mobil dari pagi sampai sore.

Sheera kembali duduk. masih tidak bisa berkata-kata. sehebat apapun Sheera dalam strategi perang, dia masih payah dalam urusan menghadapi masalah percintaan.

Tapi tidak untuk Arthur. dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk "adik" tersayangnya itu.

Yuto masih menerawang ke langit-langit kedai kopi miliknya. Entah kenapa langit-langit yang berwarna putih polos itu rasanya begitu menarik sekali. Ia bahkan merasa seperti sedang menonton bioskop, karena ia tak hentinya menatap langit-langit itu.

Namun, tetap saja langit-langit yang seperti bioskop itu tak mampu menghilangkan rasa sakit hatinya yang terlanjut dalam.

Jujur, baru kali seumur hidupnya sebagai Yuuto Tamano (dulu) maupun Yuto Siegfierd ia merasakan patah hati akibat cinta. Mungkin karena ini untuk yang pertama kalinya pula lelaki tampan ini jatuh cinta pada seorang wanita--yang ia sendiri bingung kenapa ia harus jatuh cinta pada seorang wanita kerajaan Britannia yang sudah membunuh kedua orangtuanya. Ah, mungkin itulah yang dinamakan dengan takdir.

Tapi sepertinya takdir juga turut membencinya. Sekarang, orang yang dicintainya, malah berjanji menikah dengan orang lain. Padahal baru saja kemarin wanita itu tampak seperti memberinya harapan besar. Padahal baru tadi malam ia berkhayal tentang masa depannya dengan Sheera; tentang mereka yang menjadi pasangan suami-istri harmonis dan mempunyai banyak anak. Anak pertama mereka tentu harus laki-laki, agar bisa mewarisi usahanya kelak. Dan anak lelaki itu akan dia beri nama Terence, mungkin, dan anak perempuan mereka--adik Terence--akan ia beri nama Scarlett, entah kenapa ia suka sekali nama itu. Lalu adik-adik Terence dan Scarlett akan ia beri nama dengan akronim nama dirinya dan Sheera.

Tapi semua itu hanya tinggal angan-angan belaka.

"Ukh... Sial... Bagaimana ini? Masa depan indahku bersama Sheera akan bagaimana jadinya?" gumamnya berkeluh kesah, sambil mengelus-elus dadanya yang terasa sangat sakit.

Sheera pun mulai meminum cappucinonya yang mulai dingin, dan berusaha kembali ke pekerjaannya, dibantu oleh Arthur. namun Sheera yang biasanya cerewet soal strategi, sekarang hanya diam dan langsung menyetujui apa yang diusulkan Arthur.

Arthur benar-benar mengerti mengapa Sheera begitu, dan akhirnya dia pun bangkit dari tempat duduknya. "hei, Sheera, sebaiknya kau cuci muka dulu atau apalah, mukamu kusut begitu?" kata Arthur dengan nada prihatin.

Sheera mengangguk, dan menyerahkan pekerjaannya pada Arthur. ketika berjalan dia mendengar para Elite army yang embicarakannya, dan dia hanya membalasnya dengan death glare yang dia punya dan dengan tidak semangat menuju toilet di sana.

setelah mencuci mukanya dan otaknya sedikit fresh, Sheera bermaksud untuk kembali ke tempatnya, namun dia melihat Yuto dalam kondisi mengenaskan, yang kelihatannya masih speechless ga karuan.

akhirnya, dia pun memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Yuto.

"....Yuto? kau baik-baik saja?"

tentu saja tidak Sheera, tentu saja tidak...

....Yuto? kau baik-baik saja?

Kau baik-baik saja... Baik-baik saja... Baik-baik saja... Baik saja... Saja... Saja... Saja... Oh, lagi-lagi suara indah nan manis yang seperti musik bergema di telinganya. Awalnya ia kira itu hanya ilusinasinya saja. Namun ternyata ketika dilirikkannya ekor matanya, ia menangkap sosok Sheera yang tampaknya... khawatir?

Ia mungkin mencintai gadis itu, tapi ia juga terlanjur sakit hati dengan gadis itu. Akhirnya ia lebih memilih untuk mendiamkannya saja dengan kembali menatap langit-langit kedainya, menganggap Sheera seakan-akan tak ada di dekatnya.

oh tidak, Yuto koma!

Sheera mulai panik dan mendekati pria yang dicintainya itu. dan kondisinya memang..memprihatinkan. siapa sangka Yuto yang biasanya mesum begitu bisa jadi OOC gini? diam dan mimiknya tidak karuan.

"Yuto, denger ga? heii???" panggil sheera. Sheera kikuk. dia tidak tahu harus bagaimana, dan sekarang dia bersumpah untuk marah-marah ke Arthur di HQ nanti.

Sheera pun memasang tampang sedih, dan duduk di meja Yuto, membelakangi pria naas tersebut. "jangan begitu dong..aku jadi tidak tahu harus bagaimana..."katanya dengan suara yang amat pelan.

bahkan sang PMnya pun tidak menyangka Sheera bisa berwajah sedih.

Masih menolak untuk menanggapi Sheera, Yuto hanya menatap langit-langit di atasnya. Terserah mau gadis itu berkata apapun tentang, ia takkan dengar, lebih tepatnya, berusaha untuk tak mendengar dan tak menanggapi.

Biar Sheera juga merasakan apa yang aku rasakan saat ini, ternyata Yuto (atau Yuuto?) adalah orang yang penuh dendam. Tentu saja, kalau tidak, untuk apa ia bergabung dengan Kishidan dan menjadi leader organisasi pemberontak itu?

Namun, lama-lama ia jadi tak tahan juga. Apalagi melihat Sheera yang berwajah sedih seperti itu, ekspresi yang sama sekali belum pernah dilihatnya selama ia mengenal sosok gadis angkuh nan jutek itu.

"Enyahlah kau dari hadapanku." ujarnya singkat, meskipun sebenarnya bukan itu yang ingin ia katakan. Namun sepertinya ucapannya itu akan menyebabkan kerusuhan? Entahlah.

*JEDER*

oh? aku sudah capek-capek mengkhawatirkanmu, datang kesini, mencoba menghibur, tapi malah ga didengerin dan ditambah lagi, DIUSIR?! baguuuusss.....

Sheera mulai merasa tidak dihargai, dan akhirnya mengambil pisaunya, lalu mendekati Yuto, mendorong kursi yang diduduki Yuto ke tembok dan memojokkannya. dengan serius dia menacapkan pisau itu tepat di samping Yuto, dan wajahnya mendekati wajah Yuto.

"Kenapa? kenapa kamu berkata seperti itu?! Kau tahu tidak sih kalau aku suka sama k...."

*plok*plok*plok*

Tiba-tiba Arthur sudah berdiri di depan pintu sambil bertepuk tangan. "ya, ya, kupikir perseteruannya cukup sampai disini. Dan sheera, hati-hati manis, kauhampir saja membunuh warga sipil yang tidak tahu apa-apa" kata Arthur dengan kalem.

Sheera pun segera menjauh dari Yuto, memalingkan wajahnya yang kesal dan hampir menangis. dengan langkah tegap dia keluar dari ruangan itu.

Kaget, Yuto bahkan sampai tak memberikan respon apa-apa ketika Sheera mengacungkan pisau padanya dan menancapkannya ke tembok di sampingnya. What the hell? Kenapa cewek ini suka sekali menghancurkan tembok orang!? Itulah yang pertama kali terlintas dalam benaknya (atau benak Yuuto?) saat itu.

Lalu ketika wajah Sheera mendekatinya, mau tak mau ia melihat bibir merah merekah itu. Bibir yang terlihat menantang sekali baginya. Membuat bulu kuduknya berdiri seketika.

"Kenapa? kenapa kamu berkata seperti itu?! Kau tahu tidak sih kalau aku suka sama k...."

Yuto kembali speechless, ketika mendengar Sheera mengatakan kalimat itu, yang dengan tidak etisnya dipotong oleh Arthur kurang ajar itu. Ia yakin sekali kalau Sheera mengatakan 'suka', tapi kepada siapa?

Maka, ketika Sheera menjauhi dirinya, secara reflek Yuto segera mengejarnya. Ia lalu menangkap lengan Sheera dan berkata, "Hei, tadi kau ingin bicara apa? Ayo lanjutkan!"

Sheera cukup kaget ketika Yuto menghentikannya. Perasaannya bisa dibilang cukup tidak karuan. Kesal dengan sikapnya Yuto tadi. Sheera menepis Yuto dan berkata "Enyahlah kau dari hadapanku dasar Yuto bodoooh!!!"

Sheera kaget dengan ucapannya sendiri. dia tahu dia sebenarnya tidak ingin mengatakan hal itu. tapi apa boleh buat, dia sudah tidak bisa menelan kata-katanya lagi. Segera, Sheera pergi dari hadapan Yuto.

"ah...sepertinya dia sedih sekali..." ujar Arthur ketika melihat Sheera pergi. Arthur menghadang pintu masuk ruangan Yuto, menghalangi Yuto untuk mengejar Sheera.

"Beraninya kau membuat sedih orang yang kusayang....hm...siapa tadi namamu? ah, Yuto ya?"

Ck, senjata makan tuan rupanya, batin Yuto kemudian ketika mendengar apa yang diteriakkan Sheera padanya. Jujur, hal itu membuat dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Saat melihat Sheera pergi, ingin rasanya ia mengejarnya. Ia sadar tampaknya ia sudah cukup keterlaluan tadi. Tidak konsisten dengan dirinya sendiri. Ia hendak mengejarnya.

Namun belum saja ia sampai di daun pintu ruang kerjanya, Arthur sialan itu menghalanginya. Membuat emosi dalam dirinya tersulut dan membuncah keluar. Ia sudah tidak tahan lagi. Gara-gara lelaki kurang ajar yang mengaku-aku ingin menikah dengan Sheera itu, hubungan baik(?)nya dengan Sheera sekarang terancam punah.

"Minggir kau," tandasnya singkat dengan deathglare-nya, namun sepertinya kali ini bukan Yuto Siegfierd yang berbicara, melainkan sang kepribadian lain dari dirinya yang ganas, Yuuto Tamano.

Dengan Santai Arthur membetulkan posisi kacamatanya itu. "my...my, bagai mana aku bisa mebiarkanmu lewat kalau kau sudah mengganggu my lady?" katanya dengan nada mengejek. Dalam otaknya Arthur sudah menyusun strategi untuk "memperparah" kondisi sekarang. bukannya kenapa-kenapa. dia hanya mengetes pria yang dihadapannya ini.

pria yang membuat Sheera mungilnya jatuh cinta pada pria ini.

"Jika kubiarkan kau lewat, pasti akan ada pertumpahan darah nih..hahaha" katanya santai, namun tetap memperlihatkan bahwa dia tidak mengizinkan Yuto untuk lewat.

Akhirnya Arthur mendapat ide. "I can see the ending Kau sudah membuat Sheera sedih, dan masih punya nyali untuk menemuinya lagi? ckckck...kasihan sekali Sheera bisa dekat dengan pria sepertimu?" ujarnya dengan nada sombong, seakan menantang Yuto.